Selasa, 25 Agustus 2015

Penciptaan Bumi dan Alam Semesta Melalui 6 Tahap Menurut QS. An-Nazi'at : 26-33


Bumi, Bintang, Bulan, dan benda langit lain adalah bagian dari alam semesta

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sahabatku tercinta, kali ini kita akan membahas tentang proses terbentuknya alam semesta dan bumi berdasarkan Al-Quran yang disangkutpautkan dalam ilmu pengetahuan.

Banyak terdapat penjelasan tentang proses terbentuknya langit dan bumi di dalam Al Qur’an, salah satunya dari QS. Qaf ayat 38 :

“Dan sungguh, kami telah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami tidak merasa letih sedikitpun.” (QS. Qaf : 38). 


Jumat, 31 Juli 2015

CIMI 1 (Islam, Benar dan Terpercaya )

udah lama ga post nih, bingung mau post apa, cerita aja kali ya, biar seru...
Cerita Islami Masa Kini (CIMI) pertama ini berkisah tentang seorang atheis yang mencoba kebenaran tentang agama islam, langsung aja cek it out...

Ada seorang Atheis yg memasuki sebuah masjid,
dia mengajukan 3 pertanyaan yg hanya boleh dijawab dengan akal.
Artinya tidak boleh dijawab dengan dalil, karena dalil itu hanya dipercaya oleh pengikutnya, jika menggunakan dalil (naqli) maka justru diskusi ini tidak akan menghasilkan apa-apa...

Pertanyaan atheis itu

Kamis, 02 Juli 2015

Bukti ilmiah terbelahnya Bulan (Manuskrip Kuno, Raja India, dan Ilmuwan NASA)


image1






Oleh Kairul Amri:

Terdapat bayak Mukjizat-mukjizat yang diingkari oleh kaum musyrik disebabkan kedengkian mereka terhadap islam,  Di antaranya adalah Mukjizat Peristiwa terbelahnya Bulan yang disebutkan dalam Al-Quran di Zaman Rasulullah Saw atau 14 Abad yang lalu:
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ * وَإِنْ يَرَوْا آَيَةً يُعْرِضُوا وَيَقُولُوا سِحْرٌ مُسْتَمِرٌّ * وَكَذَّبُوا وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُمْ وَكُلُّ أَمْرٍ مُسْتَقِرٌّ
“Telah dekat datangnya Hari Kiamat dan Bulan telah terbelah * Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata: “(Ini adalah) sihir yang terus menerus” * Dan mereka

Sabtu, 14 Februari 2015

Valentine Day (baca sebelum merayakan !!!)

Valentine ...
Benarkah ia hanya kasih sayang belaka ?


“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)

Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau  iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan  dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.
 SEJARAH VALENTINE:

Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.

Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.

Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.

Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.
PANDANGAN ISLAM 

Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?

Kamis, 05 Februari 2015

2 KISAH


hai para ikhwan dan akhwat, aku punya dua buah kisah yang mungkin menarik untukmu. langsung aj ya, ini kisah yang pertama.

Ada seorang tua yang bijak. Suatu pagi ia kedatangan anak muda. Langkahnya gontai. Air mukanya ruwet. Ia seperti sedang dirundung masalah. Anak muda itu menumpahkan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan saksama. Setelah tamunya tuntas bercerita, tiba-tiba orang tua itu mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air.

Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas. Diaduknya perlahan.

“Minum dan katakan bagaimana rasanya!” kata Pak Tua itu singkat.

“Puih…!” Sang tamu meludah ke samping. “Asin sekali. Tenggorokanku seperti tercekik,” kata di pemuda itu lagi.

Pak Tua itu tersenyum. Ia lalu mengajak tamunya ke tepian telaga di dalam hutan tak jauh dari tempat tinggalnya. Pak Tua itu menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu diaduknya telaga.

“Ambil air dari telaga ini dan minumlah!” Setelah si pemuda selesai meneguk air itu Pak Tua bertanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar,” jawab pemuda itu.

“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”

“Tidak.”

Pak Tua itu tersenyum bijak. Ia tepuk punggung si pemuda dengan lembut. Dibimbingnya anak muda itu duduk bersimpuh di sisi telaga.

“Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layak segenggam garam. Tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnya sama, dan memang akan tetap sama,” tutur Pak Tua.

“Tapi, kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan terasakan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan.

Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”

Pak Tua itu menatap si pemuda lembut. “Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas. Buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Setelah itu keduanya beranjak pulang. Hari ini mereka sama-sama belajar. Pak Tua bijak itu kembali menyimpan “segenggam garam” untuk anak muda lain yang mungkin datang membawa keresahan jiwa.

Teman, ini yang kedua, kisah tentang dua buah bibit.

Ada dua buah bibit tanaman terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, “Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menghujamkan akarku dalam-dalam di tanah ini. Aku ingin menjulangkan tunas-tunasku ke angkasa. Aku ingin tunasku menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.”

Dan, bibit itu tumbuh.

Bibit yang kedua bergumam, “Aku takut jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akan terjadi jika tunasku terbuka dan siput-siput mencoba memakannya? Dan pasti jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk mencabutku dari tanah. Tidak! Akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.”

Dan bibit itu pun menunggu dalam kesendirian. Beberapa pekan kemudian seekor ayam mengais tanah dan menemukan bibit kedua tadi. Ayam itu mencaploknya segera. [Sumber: Majalah SAKSI, Jakarta]