Moment pergantian tahun begitu sangat dinantikan oleh setiap orang. Tak jarang diantara mereka yang menyambutnya dengan berpesta ria, meniup terompet di detik-detik terakhir pergantian tahun dan lain-lain. Seakan moment tahun baru merupakan moment istimewa yang tak boleh terlewatkan.
Lalu, bagaimana pandangan menurut kaca mata syar'i dalam hal ini ? Benarkah tahun baru harus kita sambut dengan spesial? Semisal saling mengucapkan ucapan selamat, lewat lisan atau tulisan yang kita tulis di kartu ucapan tahun baru. Sedemikian istimewakah makna tahun baru bagi umat manusia terutama kaum muslim?
Coba perhatikan pernyataan Al Imam Ibnu Tammiyah radhiaallahu anhu. Adapun mengucapkan selamat terhadap syiar-syiar keagamaan orang-orang kafir yang khusus bagi mereka, maka hukumnya haram menurut kesepakatan para ulama, seperti mengucapkan selamat terhadap hari-hari besar mereka dan puasa mereka, seperti mengucapkan semoga hari besar ini diberkahi, dsb.
Sedang Umar bin Khatab ra berkata, terkait dengan momentum tahun baru Masehi atau hari-hari besar lain yang merupakan hari-hari besar orang-orang Yahudi dan Nasrani.
"Janganlah kalian mengunjungi kaum Musyrikin di gereja-gereja ( rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka, karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka". (HR. Al Baihaqi, no.18640)
Dari hadist tersebut, jelaslah sudah kalau mengucapkan selamat atau ikut serta dalam merayakan hari-hari besar kaum musyrikin (Tahun baru, Natal, Valentine,dll) hukumnya haram dilakukan oleh umat Islam. Karena moment tahun baru atau moment-moment lainnya merupakan pencampur adukan antara Al Haq dan kebathilan. Yang lebih banyak nilai mudharatnya, ketimbang sisi positifnya.
Sebagai umat Islam tentunya kita harus konsekwen terhadap keyakinan/akidah yang kita anut, karena sesungguhnya merayakan moment tahun baru itu bukanlah budaya Islam, jadi janganlah sekali-kali terpengaruh dan mengadopsinya menjadi bagian dari budaya kaum muslimin.
"Sebagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran". (QS. Al-Baqarah:109)
Coba perhatikan ayat tersebut ! Sesungguhnya, moment tahun baru itu salah satu tipu muslihat orang-orang musyirikin untuk menyesatkan kaum muslimin dari jalan kebenaran, jalan yang penuh dengan cahaya rahmat dan karunia-Nya. Karena sejatinya, kaum musyirikin itu mengetahui kalau agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, sehingga hati mereka menjadi dengki dan berusaha mengembalikan keyakinan kaum muslimin pada kekafiran agar jauh dari cahaya Allah Swt.
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang kafir itu, niscaya mereka akan mengembalikanmu kebelakang ( Kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang merugi. (QS. Ali Imran:149)
Sahabatku, apakah kita mau menjadi orang-orang yang merugi? Tentunya, tak ada seorang pun diantara kita yang ingin menjadi orang yang merugi dan amal ibadahnya tertolak oleh Allah Swt. Kalau demikian, mari bersama-sama bersiaga dalam menghalau datangnya budaya kaum musyirikin yang mereka proklamirkan lewat liberalisme, modernitas dan premisivisme budaya.
Daripada merayakan tahun baru dengan berpesta pora, hendaknya kita isi hari-hari kita dengan dzikir dan takhmid kepada Allah SWT, agar hari esok selalu lebih baik dari hari ini. Melakukan tafakur panjang, sangat dianjurkan sebagai bahan renungan dan cermin terhadap eksistensi kita dalam menjalankan dan menegakan syariat Islam selama satu tahun. Mencoba mengingat balik amalan ibadah yang telah kita lakukan selama ini, sudah baikkah kuantitas ibadah kita ? Berapa umur kita sekarang? Masihkah kita bisa menikmati kehidupan untuk satu tahun yang akan datang? Karena setiap waktu bergulir, maka jatah hidup kita pun berkurang.
Seperti perkataan Iman Soyfan Tsauri,"Sesungguhnya, aku sangat menginginkan satu tahun saja dari seluruh usiaku, seperti Ibnu Mubarak. Tapi aku tak mampu melakukannya, bahkan dalam tiga hari sekalipun". (Nuzhatul Fudhala,2/655)
Hidup didunia hanya selayang pandang, ia begitu singkat sesingkat kilat. Sehingga kita harus Memanfaatkan waktu yang ada dengan sefisien mungkin untuk beribadah, karena itulah hakikat hidup manusia di dunia. Untuk melakukan amal sholeh dan beribadah kepada Allah Swt. Bahkan Rasulullah pun bersabda terkait dengan umur manusia. "Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun". (HR. Turmudzi).
Jadi, mari kita bersama-sama memanfaatkan waktu yang tersisa dan meningkatkan kuantitas ibadah kita kepada Allah Swt. Menjadikan momentum tahun baru untuk mengingat mati. Bayangkan dan renungkan! Bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk kehidupan diakhirat nanti. Apakah kita akan dimasukan kedalam golongan yang menempati Surga-Nya ataukah nerakaNya? Sudah cukupkah bekal kita ? Sahabatku, selagi masih ada waktu mari kita berbenah diri sebelum semuanya menjadi terlambat.
Mau rayain tahun baru ? think again .....
0 komentar :
Posting Komentar