Selasa, 07 Desember 2010

Tahun Baru, Dimaknai Bukan Diperingati






Tak terasa kita telah memasuki tahun baru 1431 Hijriah, tepatnya saat ini kita sudah berada di bulan Muharram. Di bulan ini sanggupkah kita membuka lembar bau untuk lebih baik dari tahun sebelumnya. Muharam sendiri berarti diharamkan atau yang sangat dihormati, memang merupakan bulan gencatan senjata atau bulan perdamaian. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam di manapun harus selalu bersikap damai, tidak boleh mengobarkan api peperangan jika tidak diperangi terlebih dahulu. Muharram juga penting dijadikan sebagai bulan keselamatan bersama dengan menghindarkan diri dari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat menyengsarakan manusia, baik di darat, laut, maupun di udara.


Sekarang kalau bicara tentang tahun baru, apa yang akan kamu pikirkan?

Pastilah sebuah kebahagian dan sebuah perayaan yang besar. Pada tahun baru islam 1 hijriyah 1432  ini mulailah untuk belajar memaknainya, bukan hanya memperingatinya.  

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : "Barangsiapa yang menyerupai satu satu kaum, maka ia telah menjadi golongan mereka”. HR Ahmad, Abu Daud dan at Tabrani.

Dari haits di atas telah jelas bahwa umat Islam tidak boleh berprilaku sama atau menyerupai dengan kaum lain seperti halnya merayakan tahun baru masehi.

Momentum pergantian tahun Hijriah selalu mengingatkan umat Islam pada peristiwa hijrah Rasulullah SAW dan para sahabat dari Makkah ke Madinah. Peristiwa maha penting dalam sirah Rasulullah itulah yang menjadi dasar pijakan di balik pemilihan nama kalender Islam tersebut. Dalam sejarahnya, ketika Umar bin khothob menjabat Kepala Negara mencapai tahun ke 5 beliau bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya dan tokoh-tokoh penting untuk merencanakan pembuatan kalender islam. Dalam pembuatan kalender tersebut muncul berbagai pendapat tentang awal penanggalan. Tapi akhirnya yang dijadikan awal kalender Islam adalah dimulai dari tahun Hijriyah nya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Kemudian kalender Islam tersebut dinamakan Tahun Hijriyah.

Dengan mengetahui sejarah di atas, maka selaku umat Islam seharusnya kita dapat berbuat dan bertindak dengan cermat untuk memaknai pergantian tahun. Terutama tahun baru Islam.


Coba ingat semua hal yang telah kita lakukan selama setahun ini, amal apa yang telah kita kerjakan? apakah telah menjalankan semua perintah-Nya? Ingatkah dosa apa yang telah kita perbuat? Astaghfirulloh, sadarkah kita tentang hal itu….

Dalam memaknai pergantian tahun ini kita harus melakukan muhasabah dan introspeksi diri dengan bertanya, sejauh mana perubahan, peningkatan dan perbaikan Islami telah terjadi dalam diri dan kehidupan kita, baik dalam skala individu, kelompok, jamaah, masyarakat, bangsa, maupun dalam skala umat Islam secara keseluruhan?

Marilah kita jadikan momentum pergantian tahun Hijriah ini sebagai faktor pemotivasi semangat dan pembaru tekad untuk senantiasa menghijrahkan diri dan kehidupan menuju totalitas Islam sebagai syarat dan dasar dalam mengemban amanah dakwah dan menegakkan kewajiban jihad fi sabilillah untuk memenangkan dinullah dan menggapai surga serta ridha Allah.

0 komentar :

Posting Komentar