Sabtu, 20 November 2010

Bapak Monoteisme, Ibrahim as.

Nabi Ibrahim as, selain dikenal sebagai bapak nabi-nabi, ia juga dikenal sebagai bapak monoteisme. Apa itu monoteisme? Monoteisme yaitu menyembah haya padasatu Tuhan. Keagamaan Ibrahim dicapai tidak hanya melalui iman, tetapi juga melalui penyelidikan ilmiah mengenai fenomena alam yang mengantarnya sampai kepada kesimpulan tauhid.

Allah SWT Berkali-kali menguji Ibrahim dengan cobaan yang berat. Namun karena kehebatannya ia selalu lulus dan mampu melewati berbagai ujian itu dengan sukses. Karena itu, ia layak dan pantas dinobatkan sebagai imam dan pemimpin umat. "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu Ibrahim menunaikan dengan sebaik-baiknya." (QS al-Baqarah [2]: 124).

Ada banyak tafsir tentang makna pada ayat di atas. Pakar tafsir Ibnu Katsir memahaminya sebagai syariat dari Allah berupa sejumlah perintah (al-awamir) dan sejumlah  larangan (al-nawahi). Selain bermakna syariat, kalimat itu, menurut al-Alusi, juga bermakna ujian dan cobaan. Al-Alusi mengungkapkan, ada tujuh macam cobaan yang dihadapi Ibrahim. Namun, ada yang menyebut 13 hingga 30 cobaan.

Dari semua ujian dan cobaan yang dihadapinya, ada empat ujian yang sungguh berat. Pertama, ia pernah dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Kedua, ia diminta melakukan khitan pada usia tua. Ketiga, ia tidak diberi keturunan sampai usia senja, tetapi ia tidak berhenti berdoa. "Ya, Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh." (QS al-Shaffat [37]: 100).

Keempat, setelah mendapat anak (Ismail), ia diminta menyembelihnya. Ujian yang mahaberat itu pun ditunaikan Ibrahim dengan penuh ketaatan. Ia memenuhi semua perintah Allah (QS al-Najm [53]: 37) dan membuktikan kebenaran mimpinya. "Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu. Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS al-Shaffat [37]: 105).
   
Sebagai muwahid sejati dan bapak monoteisme, Ibrahim memberikan apa saja yang diminta oleh Allah, termasuk Ismail, harta paling berharga yang dimilikinya. Menurut Doktor Ali Syari'ati, Ismail adalah simbol dari sesuatu yang paling dicintai oleh manusia. Setiap orang tentu memiliki "Ismail"-nya dalam bentuk dan rupa yang berbeda-beda.

Tauhid pada hakikatnya mengandung makna ketundukan manusia secara total kepada Allah SWT. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan cintanya hanya kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim adalah contoh par-excellent dalam soal ini. Itu sebabnya namanya disebut dan diabadikan oleh Allah dalam semua kitab suci dan terutama dalam kitab suci Alquran.

Nabi Muhammad SAW dan seluruh kaum beriman disuruh mengikuti agama (millah) Ibrahim. Dikatakan, hanya orang-orang "dungu" yang membenci dan menolak agama bapak monoteisme ini. "Dan, tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri."(QS al-Baqarah [2]: 130). Wallahu a'lam.

Rabu, 10 November 2010

Sebuah Arti Pahlawan di Sisi Allah SWT

 Dahulu pada zaman Rasulullah, hiduplah seorang lelaki yang bernama Amir bin Jamuh. Walaupun kakinya pincang, ia tetap berniat untuk ikut dalam Perang Uhud. Sejumlah sahabat mencegahnya untuk tidak ikut berperang karena kakinya pincang. Namun Amir tetap bertekad untuk ikut membela agama Allah SWT. Istrinya sangat mendukungannya, sehingga Amir segera mengambil senjata, kemudian berdoa agar ia bisa tetap ikut berperang.
Dengan kegigihannya, Amir menemui Rasullulah untuk meyakinkan Nabi Saw. Sesungguhnya, Nabi Muhammad menginginkan Amir agar tak ikut berperang. Namun, Amir terus mendesak dan akhirnya Rasulullah pun mengizinkannya. 
Di dalam pertempuran, Amir berteriak, "Demi Allah, aku ini sangat mencintai surga." akhirnya Amir mati syahid di medan pertempuran. Setelah mendengar kabar kematian suaminya, istrinya segera mengendarai seekor unta untuk membawa pulang jenazah suaminya itu
Sewaktu jenazah Amir diletakkan di atas unta, hewan itu tak mau berdiri. Unta itu tetap tak mau berjalan, malah asyik memandang Uhud. Ketika Rasulullah mengetahui  kabar itu, beliau bersabda, "Sesungguhnya, unta itu telah diperintahkan untuk berlaku demikian. Adakah Amir mengatakan sesuatu ketika ia akan pergi meninggalkan rumahnya?"
Istrinya memberi tahu Rasulullah, bahwa sebelum meninggalkan rumah untuk bertempur di medan perang, Amir menghadap kiblat sambil berdoa, "Ya, Allah, janganlah Engkau kembalikan aku kepada keluargaku." Itulah sebabnya, kata Rasulullah, unta itu tak mau pulang.
Kisah itu menggambarkan kepahlawanan dan keberanian seseorang yang berjuang di jalan Allah. Mereka hanya berharap menjadi pahlawan yang gugur syahid di sisi-Nya. Dalam surah Ali Imran [3] ayat 169-170, disebutkan bahwa orang yang gugur di jalan Allah sebenarnya tak mati, tetapi hidup di sisi Sang Khalik.
Mereka yang gugur di jalan Allah SWT benar-benar hidup di alam yang lain, berbeda dengan alam kita. Mereka tetap bergerak, bahkan mereka lebih leluasa dari manusia di bumi ini. Mereka tahu lebih banyak dari apa yang diketahui oleh yang berdenyut jantungnya.
Di alam sana, orang-orang yang gugur di jalan Allah telah melihat dan mengetahui realitasnya bukan fenomena. Mereka juga mendapat rezeki dari Allah yang sesuai dengan kehidupan alam barzah. Maka itu, mereka bergembira karena berada dalam kehidupan yang sebenarnya di sisi Allah. 
Semoga, para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadi pahlawan yang mendapat gelar yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Amin...