Kamis, 13 Januari 2011

REPUBLIK GENTHONESIA


Sebuah buku karangan mbah dipo, seorang bisnisman lulusan kedokteran UNS. buku yang unik, semua bilang unik. Gunawan cuma butuh 2 hari buat bacane, saya sebulan aja ga cukup. Hmmm... sebenarnya yang dibahas dalam buku ini adalah makanan kita sehari-hari, yo kritikan tentang cara hidup kita yang sering sekali sedikit demi seikit keluar dari kaidah agama. Sebenarnya saya agak tersinggung juga karena dia banyak berbicara tentang gagalnya para stake holder pendidikan. Wah, saya yang dari mbah buyut wong seneng mulang kabeh, kok dikandani ngono yo piye. Tapi dia juga sedikit nyinggung tentang dokter.
Ehm, emang saya sendiri memilih jalan ini diniatkan untuk perubahan bangsa lewat pendidikan. Masih banyak PR di sini terutama memperbaiki mental. Dan selama kuliah di UNS iki, saya jadi banyak upgrade dari mental yang buruk iki. Saya punya banyak teman2 yang hebat. Keren2. Insya ALLOH nanti akan jadi modal saya untuk membangun negri ini, lewat pendidikan, tulisan atau jadi presiden nanti. Bersama kalian banyak ilmu yang saya terima.
Semangat. Soal semangat tergantung pada motivasi. Dan ini biasanya timbul setelah orang itu menemukan sesuatu dari yang ingin dituju. Ehm... sebuah buku, ya buku. Sebelum daftar PMDK dulu saya pernah baca sebuah buku yang menjadikan saya hobi baca buku dan bergerak di sini.
Kembali ke buku genthonesia. Satu kata yang paling nylekit yang ingin saya utarakan untuk every one. Ketahuilah bahwa setiap diri kita adalah “maling teriak maling”. Kita kadang entah ceplos atau sengaja mengungkap pribadi orang lain. Pemerintah lah, orang tua lah, temen, dosen, tetangga dll. Ya sebenarnya perlu disadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Saya menurut dari asas ketidakpastian heisenberg. Dikatakan bahwa ab≤c. Maksudnya adalah hasil kali a dan b tidak pernah lebih dari c.
Ehm, begini, c adalah sebuah konstanta, sebutlah itu wujud manusia. Sedangkan a dan b adalah menggambarkan 2 sisi dari manusia tadi, sehingga karena hasil kali a dan b selalu konstan, maka ketika kita mencoba menaikkan nilai a, di sisi lain nilai b akan menurun dan kebalikannya. Maksudnya adalah jika kita menonjolkan beberapa sifat yang baik, maka ada kemungkinan karakter buruk juga akan muncul sebagai penyeimbang bahwa kita adalah manusia biasa, tempat salah dan lupa.
Jadi, saya pengin menghindar dari kritikan dari manusia. Maksude ngomongi orang. Terutama pemerintah. Mereka itu berat, membuat keputusan itu gak mudah. perlu pengalaman dan pengorbanan. Dan bagi kita ikuti aja selama itu sesuai agama. Ibaratnya kalau kata ustadz fachruddin,”dalam quran disebutkan taatlah kepada ALLOH, dan taatlah kepada Rosul, serta kepada pemimpin” maksudnya adalah ada ketaatan mutlak pada ALLOH dan Rosul-Nya, itu bisa dicermati lagi redaksinya. Dan ketaatan kepada pemimpin hanyalah sebatas fasilitator untuk ketaatan kepada ALLOH dan Rosul-Nya.
Nah, buku ini sebenarnya kritik pedas yang unik penyampaiannya. Ya, suatu yang salah bila kita diam melihat kemudharatan namun dilema juga dengan adanya kritikan itu sangat mengurangi kewibawaan. Ya, tapi buku ini juga menyeimbangkan kok. Gag pemerintah tok yang dikritik, mahasiswa juga...hehehehe.........
Jadi teman, kenal ga sama tantri abeng? Dia pernah bilang bahwa setiap orang itu tercermin dari siapa temannya dan buku apa yang dia baca. Dari ustadz hatta pernah bilang,”bacalah buku sebanyak mungkin maka kamu tidak akan sombong karena merasa telah ahli dengan satu buku dan kamu juga akan semakin toleran karena memahami pendapat orang lain”. Kalau pak karmin pernah bilang,”bergeraklah, karena diam itu sarang penyakit”.
Bagi saya sebagai penutup tulisan ini. temanku, masing-masing dari kita tidak ada yang tahu siapa yang benar, masing-masing dari kita adalah korban cekokan doktrin, bergeraklah dengan gesit, carilah jalan terangmu, sesungguhnya ilmu itu jauh lebih penting dari harta, tahta dan wanita. Dan kalian tahu apa bedanya belajar dan bingung? Bedanya adalah waktu dihadapkan permasalahan. Orang yang sudah bekajar dengan mudah tahu solusi dari apa yang dia hadapi. Namun yang tidak pernah belajar akan bingung sampai mengerutkan dahi untuk mencari tahu solusi dari masalah yang sedang dihadapi.
Tidak ada “wajib belajar sembilan tahun”. Wajib belajar bagi muslim adalah seumur hidup. Wahai para mahasiswa, wahai para calon guru, perubahan tidaklah bisa tanpa ilmu, tanggung jawab besar di pundak kita. berada antara dua tempat ekstrim. Pilihlah surga atau neraka?

Ar-royyan, 29 Muharrom 1432
Pas adzan maghrib, usai rapat “fiolan”
Presiden fiolan


Alqaan maqbullah ilmi
(wakil ketua rohis 2007)

0 komentar :

Posting Komentar